Jumat, 03 September 2010

BANGKALAN LOWRIDER

Awalnya komunitas ini hanya ada di kota-kota besar di Indonesia, khususnya Pulau Jawa. Perkembangan teknologi membawa hobi bersepeda unik ini sampai juga di Pulau Madura. Meski masih minim, peminatnya tergolong banyak dengan pertumbuhan yang drastis. Dari dua orang kini sudah menjadi belasan dan masih akan bertambah lagi.

Adalah Dana dan Ajis yang pertama memopulerkan sepeda unik ini. Di dunia mereka, sepeda unik ini diberi nama low ride. Sebab, bentuknya memang lebih pendek dan lebih panjang dari sepeda pada umumnya. Setir dan bodinya sama sekali beda dengan sepeda yang biasa dipakai masyarakat umum, semua sudah dimodifikasi.

Seluruh pecinta sepeda rendah ini menamakan dirinya Bangkalan Low Rider disingkat BLOWR. Mereka terdiri dari pemuda yang masih duduk di bangku SMP dan SMA. Tapi, untuk hobi mereka sama nekatnya dengan orang dewasa yang sudah lama menekuni hobi tertentu.

Markas BLOWR di Klinik Fiber 32, Kampung Lobuk, Desa Ketengan, Kelurahan Tunjung Bangkalan. Tempatnya tak jauh dari keramaian tapi cukup tenang untuk berkonsentrasi memikirkan model yang pas untuk membuat “sepeda baru”.

Di markas BLOWR koran ini menemui Yudi dan Nanang. Mereka berdua adalah pengerajin fiber yang juga teknisi pinter BLOWR. Tangan mereka lincah dalam memodifikasi sepeda biasa menjadi low ride. Mereka berdua adalah orang yang membuat BLOWR menjadi komunitas low rider pertama di Indonesia yang memodifikasi sepeda menggunakan fiber.

“Komunitas ini kami resmikan saat pertama kali melakukan tur ke Surabaya. Tepatnya tanggal 22 Desember 2008,” ujar Yudi mengawali sejarah komunitas sepeda yang juga digawanginya.

Orang pertama yang membawa “ide gila” membuat sepeda menjadi lebih rendah tersebut datang dari pemuda bernama Dana. Pemuda yang bekerja di sebuah apotik Bangkalan itu memiliki sepeda sejak ada di Surabaya. Sebab, Surabaya lebih dulu punya komunitas serupa.

Selesai kuliah Dana membawa sepedanya ke Bangkalan. “Ajis, adik saya pengin sepeda seperti punya Dana. Kalau beli mahal, akhirnya saya dan Nanang punya inisiatif untuk bikin sendiri,” kenang Yudi. Karena keduanya sudah mahir memainkan fiber, model sepeda mirip motor Harley Davidson pun akhirnya jadi.

Proses pembuatan sepeda pertama itu memakan waktu selama satu bulan. Pasalnya,setiap ada sisi yang tidak memuaskan, ketiga kakak beradik itu membongkarnya kembali. “Setelah beberapa kali perombakan, akhirnya sepeda pertama model Hammer Sez kami selesai,” ungkap Yudi.

Jadilah Dana dan Ajis unjuk gigi di jalan alun-alun depan pendapa agung Bangkalan. “Mereka nongkrong berdua saja di alun-alun. Teman-teman Ajis lalu datang dan hampir semuanya tertarik. Sejak itu dari 2 orang menjadi 13 orang,” terangnya. Di antara teman Ajis, sambungnya, juga ada Ra Makrom, anak Wakil Bupati Bangakalan Syafik Rofii. “Ra Makrom punya 2 sepeda tapi tidak pernah keluar. Lama-lama dia akhirnya bergabung,” tandas Nanang.

Dibuat Dari Sepeda Baru dan Rongsokan

Saat koran ini datang ke markas BLOWR, Yudi dan Nanang sedang membedah sedikitnya 5 sepeda. Bahan yang mereka pakai untuk modifikasi adalah besi sepeda yang dibawa sendiri oleh si pemesan yang tertarik masuk komunitas BLOWR. Besi rongsokan sepeda atau sepeda yang baru dibeli pun ada di gudang mereka dan siap “dipotong-potong”.

Diceritakan, saat pertama kali BLOWR mendapatkan tambahan anggota, keduanya menyelesaikan 9 sepeda dalam 3 minggu. Pasalnya, mereka mengejar target liburan untuk melakukan tur ke Surabaya yang belakangan dijadikan hari jadi mereka. Itu adalah capaian terbaik Yudi dan Nanang selama bergelut dengan fiber.

“Jadi, waktu pertama masuk 9 anak itu langsung berpencar. Ada yang menyerbu tukang rongsokan sepeda dan ada juga yang membawa sepeda utuh ke sini. Sepeda fun bike itu yang mereka suruh bongkar,” aku Yudi sambil memperlihatkan sepeda serupa yang belum dibongkar.

Model sepeda diambilnya dari internet. Sebab, di luar maupun di dalam negeri komunitas sepeda ini sangat eksis. Jaringan mereka luas dan sering melakukan komunikasi via email dan telepon. “Nah, kalau desain biasanya yang mengurusadik saya si Ajis itu. Dia juga bagian yang paling sibuk karena harus keluar untuk mendesain bentuk sepeda di tukang las,” paparnya.

Berapa dana yang dihabiskan? Dibandingkan membeli sepeda jadi, biaya yang dikeluarkan untuk membuat sepeda ini jauh lebih murah. “Kalau beli biasanya sampai Rp 2 juta atau lebih. Sedangkan bikin sendiri sekitar Rp 500 ribuan,” ungkapnya. Dana itu dipakai untuk kebutuhan desain (las dan fiber), ban, peleg dan cat di sentuhan akhir pembuatan.

Model sepeda unik ini cukup bervariasi. Di antaranya Hammer Sez, Low Rider, Cruiser, Copper, Limo dan Bazman. Namun, di daerah lain modifikasi sangat bergantung pada budayanya. “Kalau di Jogja senang yang model lama. Soalnya di sana anggota komunitasnya banyak orang tua juga,” ulas Nanang.

Diungkapkan, dalam waktu dekat komunitas ini diundang untuk acara pembukaan sebuah distro di Surabaya. Karena itu Yudi dan Nanang juga kejar target untuk menambah anggota dan sepeda di komunitas. “Pak wakil bupati sangat mendukung kami. Apalagi anaknya juga ikut di komunitas ini. Dia janji mau sumbang angkutan pikap sampai Kamal kalau BLOWR tur ke Surabaya lagi,” pungkas Nanang. (nur rahmad akhirullah)


Read more " ..."

Selasa, 31 Agustus 2010

gRup ini di_bWt stLah 1jam peRayaan uLtah bLowR yg pErtama,mEskipun haRi uLtahnya jaTuh paDa tgL 22 dEsembeR dan bErtepatan dEngan haRi IBU,.

peMbuatan gRup ini biSa di biLang sUatu tindak lanjut untuk mengenaLkan "bLowR" paDa sLuruh duNia,.

suaTu ciRi khas yang perLu aNda ktahui, bLowR mRupakan sAtu-sAtunya komunitas LowridEr yang mEnggunakan bahan dAsar dR fibEr,. Read more " ..."
 
Powered By Blogger
Powered By Blogger
Powered By Blogger

Grey Floral ©  Copyright by bangkalan lowrider | Template by Blogger Templates | Blog Trick at Blog-HowToTricks